Kompos, Dekomposisi, Komposter

Tentang Media Tanam
Hidup di kota, alhamdulillah tanah kita sebatas jatah kapling. Bagaimana kondisinya ? Hmm… kurang subur sih, apalagi ada sisa material bangunan. Kebetulan di sini tanahnya merah dan liat. Kalau hujan, tanah akan lengket. Kalau panas, tanah kering keras. Maka sekian platerbag dan pot di rumah, kami tidak memakai tanah, namun menggunakan sekam, pupuk kandang atau membeli media tanam jadi.

Memang petani itu musti punya media tanam yang baik, yang porous, yang bergizi sehingga tanaman bisa tumbuh subur bahagia berbakti pada ibu pertiwi. Selama belum bisa memperbaiki kondisi tanah, kami akan selalu membeli  sekam dan pupuk kandang. Jadi bersyukurlah jika halaman anda hitam tanahnya dan gembur. Konon tanah Jawa aslinya subur. Manusialah yang membuat tanah jadi jenuh, kehilangan unsur hara.

Setelah memperhatikan isi polibag keladi pemberian yangti, ternyata media tanamnya hanya sekam. Mungkin tanaman ini bisa subur karena kekuatan pupuk kimia. Sementara itu, kalau menurut petani senior organik, pupuk kimia sintetis ini akan membuat media jenuh dan merusak media tanam. Tentu tidak bagus untuk tanaman dan kelestarian ya.

Saya coba bandingkan pedoman penggunaan pupuk kandang vs pupuk kimia di satu buku pertanian. Ternyata untuk mensuplay gizi tanaman anggur, kita butuh lima puluh kilo pupuk kandang. Sementara, jika menggunakan pupuk sintetis, hanya sekian gram. Wah gimana nasib tabulampot kalau mau tanam organik ? Wkwkwk… Mungkin ini yang ditawarkan pupuk sintetis ya. Cukup sedikit tapi berkali-kali, tidak menambah volume media dan bisa menyuburkan tanaman.

Kompos dan Komposter
Ingatkah, apa yang akan dipelajari Peppers setelah menikah dengan Tony Stark ? Composting !

Ya benar… Kompos merupakan bahan baku untuk media tanam yang baik. Kompos ini modal penting karena kaya gizi untuk tanaman. Punya daun kering? Wah, pohonnya lagi ditanam tuh.

Sebetulnya ada, daun-daun di kebun sebelah atau sampah daun di dekat sekolah, tapi kayak gimana ya, mau ngambil. Yang pertama, itu kebun punya orang, entah yang punya ada di mana untuk minta izin. Yang kedua, Mr Handymany kurang setuju untuk memulung sampah. Baiklah, kalau begitu kita buat kompos dengan material yang ada saja.

Jadilah, Mr Handymany bikin komposter dengan tong. Fungsinya untuk mengelola sampah rumah tangga sekaligus bikin kompos. Penanganan sampah memang seharusnya dimulai di rumah. Tidak adanya pemilahan sampah di rumah tangga bikin problem sampah tidak akan selesai-selesai.

Ada 2 tipe komposter yang dibuat : aerob dan anaerob. Mr Handymany sengaja bikin 2 jenis supaya tahu perbedaan hasil dan prosesnya. Komposter anaerob artinya tidak membutuhkan udara dalam proses dekomposisi. Artinya, dekomposisi akan berjalan lama, hanya mengandalkan bahan-bahan hijau, coklat, dan cairan molase + EM4.

Komposter aerob artinya komposter yang menggunakan udara masuk dan berperan dalam dekomposisi. Adanya udara ini memungkinkan tumbuhnya makhluk hidup. Ada maggot/belatung yang muncul dan bikin saya begidik tiap membuka komposter. Konon makhluk ini membantu dekomposisi jadi lebih cepat. Ini cocok untuk yang belajar IPA, karena melihat metamorfosa makhluk hidup 🙂 . Mr Handymany pun menambahkan blower untuk memasukkan dan sirkulasi udara. Namun kami curiga, ada maggot yang berhasil kabur dari komposter dan berjalan-jalan di luar. Hmm dari celah mana mereka keluar tong ya?

ki-ka : Komposter anaerob – komposter aerob

Apa Isi Komposternya?
Batang sisa sayur, kulit buah, daun hijau, itulah bahan hijau (unsur nitrogen). Untuk bahan coklat (karbon), bisa menggunakan daun kering, rumput kering, serutan kayu, atau sekam. Nah mereka ini disusun berlapis di dalam komposter. Setelahnya dispray larutan molase, EM4, dan air. Bahan-bahan berminyak dan berlemak tidak bisa dimasukkan komposter. Jadi tulang atau duri ikan, minyak sisa penggorengan, tidak bisa ditampung di sini.

Lumayan lho, komposter ini jadi mengurangi sampah yang diangkut tukang sampah. Paling tidak, kita bisa melakukan sesuatu dari keluarga kita.

Sudah panen kompos ? Belum. Untuk memenuhi tong, kami perlu waktu 3 bulan (tergantung bahan baku atau sampah rumahtangga yang ada). Lalu proses dekomposisi anaerob konon 3 bulan. Lama ya? Hehe… Kalau dibuka, kini aromanya asam segar. Kalau dilihat penampakannya,  sepertinya belum bagus untuk jadi media tanam. Harus ngecek PH nya juga.

Dari dekomposter ini yang sudah dipanen adalah poc alias pupuk organik cair alias air lindi. Air ini berasal dari fermentasi kompos yang menetes dan ditampung. Warnanya hitam, dan aromanya..hmmm sungguh semerbak. Aroma ini berasal dari bahan baku kompos namun konon ini bisa dipermak dengan memasukkan sereh atau herbs aromatik. Tapi namanya sampah dapur, ya sisa bahan dapur saya masukkan saja.

Komposter anaerob : penampakan isinya dan panen air lindi

Kalau komposnya jadi, berarti kami bisa melakukan daur ulang sampah. Nantinya kompos ini digunakan untuk campuran  media tanam. Tak ketinggalan ada niat bikin compost tea yang bagus untuk tanaman dan tanah. Semoga niat dan rencana kami bisa berjalan. Amiin..

Memperbaiki Kondisi Tanah
Melihat kondisi tanah merah, lengket, dan kurang baik untuk menanam, membuat kami mencari cara untuk memperbaiki kondisi tanah. Bagaimana caranya? Kami sedang belajar dekomposisi. Bahannya :  arang, abu, pupuk kandang/kompos, dan bakteri. Proses dekomposisinya aerob, jadi membutuhkan udara.

Menurut manual yang saya dapat, dekomposisi ini dilakukan di tanah dan ditutup terpal. Namun berhubung lahan di sini terbatas dan cuaca tak tentu, bahan dekomposisi saya masukkan ke tong bekas cat, semprot air + bakteri, lalu ditutup kain. Macam bikin kue ya….wkwkwk.. Dalam waktu seminggu suhunya akan naik, dan dalam sepuluh hari, suhunya akan turun. Setelah kompos dingin, bisa diaplikasikan ke media tanam dan tanah.

Tong dekomposisi

Nah, pertanyaannya, apakah lahan sudah membaik setelah aplikasi dekomposisi? Nah saya belum bisa jawab. Karena saya suka ujicoba bermacam-macam. Jadi belum signifikan kalau mau ditelusuri, ini efek dari aplikasi yang mana.

Yang kelihatan jadi segar adalah daun mint di planterbag yang menghijau kembali. Ada juga kembang desember yang muncul tunas daunnya setelah sempat tak tampak. Sementara amarilis malah sebaliknya. Entah ini untuk refresh tanaman baru atau efek serangan kutu putih, saya kurang paham. Sementara untuk kembang matahari yang ditanam di tanah belakang, belum bisa dikatakan berhasil…mmm bisa juga karena mereka jadi sasaran refugia. Jadi mari kita lihat perkembangan tanah dan tanaman selanjutnya 😃…. Semangat !