Artefak Tanpa Suara ( part 3)

Kami melanjutkan perjalanan. Jalan menuju cagar budaya yang kami tuju聽 melalui rumah penduduk, sawah, dan kebun. Tampak ayam-ayam berjalan santai di sawah. Seekor babi hutan hitam yang gemuk dirantai dan tengah menikmati makan sorenya, daun-daun nan lezat. 馃構 Setelah parkir kendaraan, kami berjalan kaki sekitar 500 meter. Dan akhirnya tampak papan nama besar, Cagar budaya Pokekea. Kami melonjak girang.

Tiada pagar besi,聽 namun cagar budaya ini dipagari perbukitan anggun dan prairie. Tak ada tiket masuk. Sore itu pun kami tidak bertemu petugas/penjaga. Mungkin ini juga yang menyebabkan artefak di sini rentan pencurian. Siapa pun bisa bebas keluar masuk situs.

Lihatlah… batu-batu berbentuk tempayan raksasa atau disebut kalamba, berserak di tanah. Awesome! Gedhe banget. Kalamba-kalamba ini berdiri lepas dikelilingi prairie dan perbukitan. Cantik sekali….

IMG-20170310-WA0022

Hamparan kalamba di Pokekea

Penutup kalamba tergeletak di tanah, beberapa terbenam miring. Kalamba sendiri berdinding polos. Sementara tutupnya (tuatena) dihiasi ukiran menonjol, ada yang tampaknya berbentuk hewan, ada juga yang menyerupai bayi merangkak dengan posisi bervariasi.

2017-03-22 17.00.53

Relief di tutup kalamba

Kami mendekati kalamba yang masih utuh. Tempat ini menampung air hujan. Di bibir kalamba, ada ceruk seperti tempat sabun (atau tempat persembahan). Oiya, kalamba artinya perahu arwah, so kemungkinan artefak ini berhubungan dengan kematian, bukan tempat air ya. 馃槹

Beberapa kalamba terbelah. Lumut-lumut tinggal di dindingnya. Konon lumut ini harus dibersihkan dengan cairan khusus dan disikat pelan karena lumut yang dibiarkan akan merusak relief. Special treatment pokoknya.

2017-03-22 08.18.12

Mungkin dia lelah diterpa cuaca

Tak jauh dari Kalamba ada 2 patung batu duduk berdampingan. Cekungan tipis membentuk alis menyatu lurus ke bawah membentuk hidung di wajahnya. Dua noktah terbingkai alis dan hidung membentuk dua mata. Patung yang lebih besar, ditandai dengan garis tipis mulut di bawah hidung. Sang patung berasal dari batu yang lempeng kotak. Tangannya nyaris tak tampak. Di belakangnya ada patung serupa yang menyendiri namun batunya lebih hitam.

Tak jauh dari 3 patung ini ada kalamba yang menyerupai pot dengan ukiran wajah seirama rupa sepasang patung tadi. Somehow ukiran wajah ini mengingatkan saya pada rupa owl burung hantu.

2017-03-22 08.03.53

Patung-patung di Pokekea

Saya berharap menjumpai tengaran/papan petunjuk informasi atau selebaran, atau聽聽 pusat informasi sejarah yang menjelaskan tentang situs megalitik di sini, di Napu ini sehingga kami bisa memahami benda-benda apakah di hadapan kami ini. Sayang sekali belum ada. 馃槦 Mustinya memang saya browsing dulu supaya ada referensi sebelum ke sini. Akhirnya kami sibuk mengelilingi Pokekea dan takjub dengan apa yang ada di depan mata.

IMG-20170310-WA0038

The team

Hmm… Siapakah pemilik kisah historis megalitik ini? ……
(bersambung)

Pic : dokumen pribadi, menggunakan smartphone alakadarnya by Hani, Aris, Ophiq, Nel, and Ikwan

 

KBBI – Kamus Besar Bahasa Indonesia
ar路te路fak : 1 benda-benda, spt alat, perhiasan yg menunjukkan kecakapan kerja manusia (terutama pd zaman dahulu) yg ditemukan melalui penggalian arkeologi;
2 benda (barang-barang) hasil kecerdasan manusia, spt perkakas, senjata

ca路gar: daerah perlindungan untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan, binatang, dsb; lindungan;
—聽 budaya : daerah yg kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dr bahaya kepunahan

re路li路ef : 1 pahatan yg menampilkan perbedaan bentuk dan gambar dr permukaan rata di sekitarnya; 2 gambar timbul (pd candi dsb)

Perjalanan Menuju Masa Megalitik

Ayo ke Napu
(Part 1)

Last chance merambah indahnya bumi Celebes, pilihan kami jatuhkan ke lembah napu. Mengapa? Konon ada peninggalan megalitik yang menakjubkan di sini. So mari ki berpetualang…

Suami memilih touring bermotor dengan partnernya, Mr Ophiq, tetangga sebelah. Saya bersama orang asli Napu (baca: local guide) Nel sekeluarga naik roda empat. Waktu tempuh kurang lebih 3 jam dari Palu. Transportasi lebih cocok dengan kendaraan pribadi atau rental karena kendaraan umum terbatas. Jalur hari ini adalah Palu- Sigi Biromaru – Palolo -Dongi-Dongi terus sampai Napu. Don’t worry, jalannya hanya satu. Jalur Napu ini merupakan jalur alternatif ke Morowali saat jembatan Parigi putus. Orang-orang pada ngeri kalau lewat sini..apa iya sih?

Lore Lindu
Pritt…. Pemberhentian pertama, Danau Tambing. Tiket masuk 5.000 rupiah untuk pengunjung umum (dan 2.500 untuk pelajar atau rombongan) sudah di tangan. Anggrek tanah berbunga indah menyambut kedatangan kami yang sumringah. Hawa sejuk mulai terasa !

Danau Tambing merupakan danau jernih seluas 6 ha di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Sekelilingnya dimanfaatkan jadi聽 camping ground. Tenda-tenda mungil bertebaran menandakan adanya perkemahan. Ada yang lagi keakraban dan outbond juga.

Mata kami tertumbuk pada Orchidarium. Anggrek ! 馃槏 Ada 45 spesies anggrek lho di taman nasional ini. Ada yang tumbuh di batang, cabang pohon, maupun di tanah. Paku-pakuan menjadi tempat hidup anggrek yang ditangkarkan di pot. Ada yang kembangnya hijau, ada putih mungil bergerombol , juga anggrek mini yang susah dipotret (saking mininya).聽 Sayang sang primadona anggrek hitam sulawesi belum mekar.

Edelweis si bunga putih pegunungan juga tumbuh mengiringi jalan setapak. Ini kan bunga gunung. Pantasan, kita kan di ketinggian 1700 dpl! Ada juga, pohon tinggi yang kulitnya berwarna warni dan berubah warna pada saat tertentu.

2017-03-15 14.21.50

Anggrek-anggrek eksotis Sulawesi

Taman Nasional Lore Lindu merupakan zona yang tepat untuk bird watching alias nongkrongin burung. Konon ada 263 jenis burung yang ada di sini, 30%nya endemik sulawesi. Namun yang namanya bird watching, kita membutuhkan waktu untuk menanti Bondol Rawa, Alo, ataupun Elang Sulawesi menampakkan diri dan mengeluarkan siulannya. Nabil, ponakan di Jakarta exited banget saat tahu kami ke Lore Lindu. Aduh maaf nak, burungnya nggak kelihatan. Tante mustinya kemping bawa teropong ke sini ya biar ketemu Alo.

2017-03-16 18.04.44

Sticker Taman Nasional Lore Lindu punya Nabil

 

Lukisan Ilahi
Perjalanan berlanjut. Jalanan aspal聽 berkelok, kadang lurus, membuat pengendara harus konsentrasi. Di kanan kiri pohon-pohon besar membentengi. Ada satu ruas jalan dimana pernah terjadi kecelakaan mobil tentara. So better watchout !

Jalan depan dipalang. Oow.. Ada pos penjagaan. Kendaraan yang lewat diperiksa. Mungkin ini karena Santoso cs bersembunyi di bukit-bukit Napu. Saya pun membuka kaca jendela. Pak penjaga memperhatikan tampang penumpang dan menanyakan tujuan. Aman. Semoga saja nanti kami tidak ketemu Santoso cs..itu saja doanya.

Sekejap, pemandangan berubah menjadi taman-taman kol dan sayur teratur di lembah bukit. Jika mbak sayur di Mamuju Utara bilang, “Ini wortel dari Palu..” mungkin dari Napu ini asalnya ya.聽 Waw. Panjang sekali distribusi sayuran. Ongkos kirim beras sekarung dari rumah Nel ke Palu saja 50.000. Wah, berapa ya keuntungan sang petani ? Keningku ikut berkerut.

Lanjut, pemandangan beralih ke deretan prairie. Well, menurut suami Nel, Mr Ikwan, konon di daerah Napu dulu ada rencana perkebunan teh atau Napu Hai (cmiiw). Lalu berubah menjadi perkebunan singkong untuk dibuat tapioka. Namun tampaknya proyek ini kurang berhasil dan kini padang singkong ditumbuhi prairie yang…. indah banget…馃槏 dan kesannya misterius gitu… Ingat film ‘Little house on the prairie’ kah? Nah kayak gitu itu pemandangannya…

(bersambung)

2017-03-16 14.34.18

The trip to Napu