Mengembalikan Hak Bumi #30 Hari Jadi Manfaat

Seandainya ada bocoran : usia tinggal 30 hari. Maka apa yang akan kita lakukan ?

Tentu kita akan membuat langkah strategis agar tiap hari, jam, dan detik yang Allah berikan, selalu berisi kebaikan. Idealnya, tanpa bocoran pun, tiap menit kita isi dengan menanam amal jariyah. Ingat akan hadits yang menyatakan “Ada 3 hal yang pahalanya akan selalu mengalir meskipun orang sudah meninggal : amal jariyah, anak sholeh, dan ilmu yang bermanfaat” (HR Muslim).

Lalu benak pun bertanya, Bagaimana jika ilmunya hanya setetes air dari lautan ?  Bagaimana jika dana pas-pasan untuk hidup ? Bagaimana jika tak punya anak ? Dari mana tabungan pahala akherat dipersiapkan ?

Tuhan tentu akan memberi jalan dan kesempatan pada makhluknya untuk berbuat kebaikan dengan jalan apapun, dalam kondisi apapun, dan di mana pun.

Jam pasir (sumber : pinterest art42.tumblr.com)

Amal Jariyah yang Sangat Dekat

Laa tahzan, jangan bersedih. Ternyata amal jariyah itu banyak. Membangun sumber air (sumur, waduk, mengalirkan air), memberi tanah untuk jalan, menanam pohon, membangun masjid, sekolah, dan rumah sakit, hingga memberikan mushaf al Qur’an. Lalu dari mana memulainya ?

Semua dimulai dari niat. Dengan niat tulus, sikap dan tindakan yang baik, akan membawa kebaikan menuju keridhaan Allah. Satu langkah, yang ternyata diiringi banyak langkah. Seperti Dompet Dhuafa http://dompetdhuafa.org yang berproses dengan penggalangan dana lokal pada 1993, menjadi yayasan di 1994, hingga menjadi Lembaga Zakat Nasional di 10 Oktober 2021. Dua puluh sembilan tahun berkiprah, di 34 propinsi Indonesia, dan 8 negara di dunia.

Karena Sampah Terbesar adalah Sampah Rumah Tangga

Kementrian Lingkungan Hidup mencatat, pada tahun 2020, tiap penduduk Indonesia menghasilkan sampah 0, 68 kg per hari. Menurut KLH, sampah terbesar yang dihasilkan di Indonesia adalah sampah rumah tangga.

Dalam waktu 30 hari, satu orang Indonesia menghasilkan 20,4 kg sampah ! Kalau berat badan laki-laki dewasa 60 kg, maka sampah yang dihasilkan dalam sebulan sama dengan sepertiga tubuhnya.

Tiap rumah melakukan aktivitas konsumsi, memasak, makan, dan minum. Jika tidak memasak alias beli, maka sampah menumpuk dari bungkus nasi padang atau gelas plastik. Dengan meracik sendiri, kita bisa mengurangi potensi sisa makanan terbuang dan memanfaatkannya untuk sesuatu yang lebih berguna. Ini yang coba kami lakukan di rumah, di pinggiran ibu kota.

Sisa batang kangkung, ujung kacang panjang, kepala terong dimasukkan komposter. Kulit wortel, timun, jeruk, blewah, dibuat eco enzyme. Buah berlebih diproses untuk classic enzyme. Sisa tulang ayam dibakar dan diproses jadi pupuk tulang. Kulit telur dijemur dan diproses jadi pupuk kalsium.

Dalam waktu 30 hari, sisa sayuran itu akan menumpuk dan terfermentasi bersama sekam, kertas/karton, dan bakteri. Dia belum akan jadi kompos, namun akan menyusut.

Dalam waktu 30 hari, kulit buah dalam wadah eco enzyme selesai berproses aerob, gas berkurang, fermentasi alkohol selesai, lalu material yang mengapung mulai turun.

Berproses dengan minyak jelantah dan kulit buah (dok pribadi, edited with canva)

Dalam waktu 20 hari, ada banyak kulit telur yang terkumpul, lalu dicuci, dijemur, dan dihancurkan. Siap diproses bersama cuka dan dibiarkan 10 hari. Lalu diencerkan dan diaplikasikan sebagai pupuk kalsium untuk tanaman.

Dalam waktu 28 hari, minyak sisa penggorengan akan terkumpul menjadi satu botol minuman. Lalu dikurangi aroma amisnya dengan perendaman arang panas 2 hari. Setelahnya bisa diproses menjadi sabun jelantah bersama soda api dan air pandan.

Dalam waktu 30 hari, sampah plastik tidak akan terurai. Dia hanya akan dicuci, dijemur, dan digunting untuk bahan eco brick. Kalau sedang mati gaya, sampah plastik ini juga akan bersatu di tempat sampah dan menunggu diangkat tukang sampah.

Dalam waktu 30 hari, akar-akar bawang merah yang disimpan di kulkas akan tumbuh dan siap tanam. Bibit kemangi yang disemai sudah berdaun. Biji bunga matahari yang disebar mulai tinggi dan minta dipindah ke tanah.

Ada proses keajaiban dalam 30 hari (dok pribadi, edited with canva)

Dalam waktu 14 hari, MOL atau mikro organisme lokal dari nasi basi sudah jadi. Sisa harinya bisa untuk pemanfaatan MOL sebagai bioaktivator, pupuk, atau pestisida nabati.

Dalam waktu 30 hari, ada banyak proses menaman, mengkompos, membuat pupuk organik yang bisa dikerjakan di petak rumah. Ada proses mempertanggungjawabkan tindakan manusia sebagai penghasil sampah dan limbah lingkungan.

Dalam waktu 30 hari, kalau kita abaikan semuanya, maka Allah akan memberikan jalan tanaman  survive atau mati. Hama, virus, bakteri patogen, jamur, dan serangga, bisa berbalik menyerang kala ekosistem dan rantai makanan belum jadi. Mengapa ? Karena siklus alam telah terusik bahan sintetis dan perambahan eksesif.

Tanggung Jawab Khalifah

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit) kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS Abasa : 24-32)

Mempraktekkan QS Abasa (dok pribadi)

Peduli pada kelestarian lingkungan dan bertanggungjawab atas sampah yang dihasilkan merupakan tanggung jawab manusia di dunia. Kadang kita hanya terfokus ibadah kepada Tuhan namun lupa berakhlak pada alam.

Dalam 30 hari, jika kita mengurus sampah rumah tangga sendiri, maka angka 0.68 kg sampah / kapita/ hari itu akan berkurang. Ia bisa bertransformasi menjadi bahan yang bermanfaat manakala proses dekomposisi dan fermentasi selesai.

Untuk apa semua itu ? Untuk mengembalikan hak bumi, untuk membawa keseimbangan. Untuk menuju Surat Abasa : 24-32. Dari sebutir biji, dari sebatang dahan, bisa tumbuh pohon. Dengan catatan, media tanam dan lahan sudah siap, perawatan dan pemupukan berjalan. Pohon inilah yang akan jadi jalur amal jariyah kita.

Mengapa Menanam Pohon jadi Amal Jariyah ?

Karena pohon membawa manfaat untuk masa kini dan masa datang. Untuk air yang tersimpan, untuk cacing dan mikro organisme yang bermain bersama di tanah, untuk kadal yang bersembunyi, untuk lebah dan serangga yang membantu penyerbukan, atau burung yang mencari keteduhan.

Sepetak tanah ini akan menjadi habitat bagi beragam makhluk dan membentuk ekosistem kecil. Akarnya menahan air dan erosi. Batang dan daun menyerap CO 2 dan bekerja berfotosintesa menghasilkan oksigen. Lalu muncul bunga, biji, dan buah yang bisa dirasakan manusia, burung, atau serangga.

Itulah kehidupan ! kala menemukan ritme, hidup akan berputar dan bergulir. Dengan memahami konsep ini, kita jadi lebih menghargai petani. Betapa rumit usaha yang mereka lakukan, batapa berharganya cinta alam dan lingkungan yang mereka miliki. Dimulai dari pertanian subsisten mandiri yang dilakukan dengan bahagia, berpotensi menjadi usaha mandiri rumah tangga.

Ekosistem di sepetak tanah (sumber : lovelygreens.com)

Kini pondok-pondok pesantren mulai melakukan aktivitas bertani yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sebagai unit usaha mandiri, juga bekal skill santri kala kembali ke masyarakat.

Dompet Dhuafa dompetdhuafa.org untuk Ekonomi dan Pangan Berkelanjutan

Sebagai lembaga filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis dan usaha sosial profetik, Dompet Dhuafa dompetdhuafa.org mempunyai visi terwujudnya masyarakat dunia yang berdaya melalui pelayanan, pembelaan dan pemberdayaan berbasis sistem yang berkeadilan.

Berkembangnya pertanian subsisten menjadi agribisnis mampu meningkatkan taraf hidup manusia, yang beranjak dari asnaf (penerima zakat) menjadi muzakki (pemberi zakat). Berkolaborasi dengan 173 petani pemberdayaan di bawah koordinasi koperasi Masjid Al Muhtadin di Kaliwedi Cirebon yang mengelola lahan 200 hektare untuk 2100 ton gabah basah yang disalurkan dalam program Tebar Zakat Fitrah.

Untuk mendukung ketahanan pangan, DD menggulirkan modal usaha dan memberdayakan masyarakat untuk menggarap lahan 1000 hektar. Inilah program ketahanan pangan yang memadukan bisnis sosial dan pengelolaan dana sosial.

Dalam pilar program ekonomi, Dompet Dhuafa mengembangkan pertanian sehat, peternakan rakyat, UMKM dan industri kreatif, pengembangan kawasan, trading area, agroindustri, hingga keuangan mikro syariah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, NTT dan Bali. Dengan penerima manfaat 10.416 jiwa, atau 0,329% dari keseluruhan program penyaluran ZISWAF (data 2020), ini merupakan langkah strategis dan berkelanjutan untuk ekonomi dan pangan.

Beras zakat dari petani berdaya (sumber : Sapa Ramadan DD 1442H)

“Sempurnakan ramadhannya dengan beras zakat fitrah petani berdaya, untuk dhuafa di pelosok.”

Bukankah ini indah ? Karena ini langkah berkelanjutan. Senyum bumi dan petani sangat berkaitan. Kita bisa memulainya, dan dalam 30 hari, lihatlah apa yang terjadi. Dalam waktu 30 minggu, 30 bulan, 30 tahun, gelombang perubahan apa yang bisa terjadi. Mari berbuat baik pada lingkungan sembari menabung amal jariyah.

“Barang siapa berbuat kebaikan sebesar biji sawi, akan mendapat ganjaran.“  Wallahu ‘alam bisshowab.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa http://dompetdhuafa.org